Selasa, 25 April 2017

SEJARAH KEPERCAYAAN MALAM JUM'AT KLIWON



Tanah jawa ialah pulau yang masyarakatnya masih kental dengan kepercayaan mistik.Banyak masyarakat yang masih melestarikan adat dan budaya kepercayaan leluhur terdahulu. Di antaranya ialah kepercayaan tentang malam jum'at kliwon.

 Malam yang dipercaya lebih sakral daripada malam-malam yang lain, saat malam jum'at kliwon energi yang terpancar dari dimensi astral akan lebih kuat.
Dan pada malam ini pula terjadi bentrok antara energi gaib negatif dan positif. Masyarakat jawa memanfaatkan malam ini untuk menayuh pusaka dan menjalankan ritual khusus sesuai hajat masing-masing baik yang bertujuan untuk kebaikan maupun kejahatan.



Lalu sejak kapan kepercayaan tentang kesakralan malam jum'at kliwon ini muncul?

Dahulu kala saat masyarakat tanah jawa belum mengenal agama islam mereka masih menyembah roh dan dewa, cara ibadahnya adalah dengan cara mempersembahkan sesaji yang mulai dari hasil alam sampai mengorbankan darah hewan maupun darah manusia.
Pada saat itu masyarakat memercayai bahwa hari pasaran kliwon sebagai waktu yang tepat untuk berdoa kepada roh leluhurnya, 

Suatu waktu datanglah para wali untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa, sesuai ajaran nabi bahwa islam adalah agama yang damai maka para wali menyebarkan islam dengan cara menyesuaikan dengan adat dan budaya terdahulu,
Selama adat itu tidak menyimpan dan merugikan maka para wali tidak melarangnya, tetapi jika adat kepercayaan itu menyimpang dari akidah islam maka para wali akan meluruskannya secara damai.
Karna itu perlahan-lahan masyarakat dapat menerima islam dengan baik dan adat kepercayaan leluhur di kombinasikan dengan ajaran islam.
Di antaranya ialah dalam bait terakhir mantra selalu di tambahi dengan ucapan doa "KRONO ALLOH TA'ALA"

 Dan karena dalam islam mengajarkan hari JUM'AT adalah rajanya hari dan dalam kepercayaan masyarakat jawa mempercayai hari pasaran KLIWON sebagai hari yang sakral maka munculah kepercayaan "JUM'AT KLIWON"


Jumat, 20 Januari 2017

PERJALANAN SPIRITUAL KANJENG SUNAN KALIJAGA

Jalan untuk mendekat pada ALLAH SWT disebut dengan Suluk. Sementara manusia yang mencari jalan untuk mendekat pada ALLAH SWT disebut dengan Salik.

Perjalanan spiritual dalam mencari jati dirinya tidak memperdulikan segala rintangan yang dihadapi bahkan nyawapun akan dipertaruhkan demi meraih cita-cita dan tujuannya karena yang tertanam dalam hatinya hanyalah kemakrifatan atau mendekatkan diri kepada SANG PENCIPTA.
Simaklah sepenggal kisah perjalanan spiritual Sunan Kalijaga yang digambarkan dalam kisah Bima suci.

Kerinduan akan dekatnya diri dengan ALLAH SWT ini menjadikan seseorang mulai mencari asal mula dirinya dan bakal ia bawa kemana hidupnya ini. Hal itulah yang juga pernah terjadi pada diri Kanjeng Sunan Kalijaga. Beliau mencari sesuatu yang hakiki dari hidup ini. Dan hal itu telah ditemukannya. Namun beliau tidak semata-mata ingin membuka pengalaman spiritual beliau tersebut secara gamblang.
Sunan Kalijaga cenderung lebih memilih untuk menyamarkan pengalaman spiritualnya lewat kisah pewayangan dengan lakon Dewaruci atau kadangkala orang menyebutnya lakon wayang Bima suci.

Dalam lakon Dewaruci tersebut, mengisahkan tentang petualangan Bima dalam mencari tirta pawitra atau ‘Sangkan Paraning Dumadi’. Proses pencarian jati diri yang akhirnya menemukan ‘Sangkan Paraning Dumadi’ tersebut di kalangan umat Islam sesuai dengan Hadist Kanjeng Nabi Muhammad yang berbunyi :
“Man arafa nafsahu faqad rabbahu”
yang artinya, ‘Barang siapa mengenal dirinya niscaya dia mengenal Tuhannya’.

Bagian cerita Dewaruci menceritakan bahwa Bima berserah diri pada gurunya. Sehabis berperang melawan Raksasa Rukmuka dan Rukmakala di Gunung Candramuka Hutan Tikbrasara, Bima kembali pada Pendeta Durna. Air suci yang diperintahkan Pendeta Durna untuk mencarinya tidak didapat. Ia menanyakan di mana tempat tirta pawitra yang sesungguhnya. Pendeta Durna menjawab, “Tempatnya berada di tengah samudra”. Mendengar jawaban itu Bima tidak putus asa dan tidak gentar. Ia menjawab, “Jangankan di tengah samudra, di atas surga atau di dasar bumi sampai lapis tujuh pun ia tidak akan takut menjalankan perintah Sang Pendeta”. Ia segera berangkat ke tengah samudra. Semua kerabat Pandawa menangis mencegah tetapi tidak dihiraukan. Keadaan Bima yeng berserah diri jiwa raga secara penuh kepada gurunya

Berangkatlah Bima ke tepi lautan. Tanpa ragu-ragu iapun melangkah ke tengah laut karena meyakini apa yang dicarinya ada di tengah samudra. Ketika berada di tengah samudra itulah, Bima bertemu dengan Dewaruci yang bertubuh kecil. Sang Dewaruci menegur Bima,”Hai Bima, apa yang kau cari di tengah samudra ini?” Bima pun menjawab dengan sigap bahwa dirinya mencari tirta pawitra seperti diperintahkan gurunya, Begawan Durna. Dewaruci memperingatkan Bima bahwa apa yang dicarinya tidak ada di tengah samudra. Tetapi Bima tetap ngotot ingin mencari. Singkat cerita, lantaran tekad Bima yang sangat besar itu, Dewaruci memerintahkan pada Bima untuk masuk ke dalam badan Dewaruci yang kecil. Seketika Bima pun tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana aku yang bertubuh besar bisa masuk ke dalam badanmu yang kecil? Itu jelas tidak mungkin,” kata Bima. Tetapi Dewaruci pun menjawab,”Hai Bima, besar mana tubuhmu dengan alam semesta ini?” Bima menjawab,” Jelas lebih besar alam semesta ini.” “Lha alam semesta yang katamu besar ini saja bisa masuk ke dalam tubuhku, mengapa kamu tidak bisa masuk? Kamu pasti bisa masuk,” tegas Dewaruci sembari memerintahkan Bima untuk masuk ke dalam badan Dewaruci melalui ‘telinga kiri’ sang Dewaruci. Setelah masuk badan Dewaruci, Bima merasakan bahwa dirinya tidak melihat apa-apa. Yang ia lihat hanyalah kekosongan pandangan yang tak terhingga. Ke mana pun ia berjalan yang ia lihat hanya angkasa kosong, dan samudra yang luas yang tidak bertepi. Bima tidak tahu lagi mana arah barat dan timur, selatan dan utara. Semuanya serba membingungkan.
Tiba-tiba ia melihat cahaya. Cahaya yang dilihat Bima beraneka macam warna. Beraneka macam warna cahaya itu dikalangan orang-orang yang lelaku disebut Pancamaya. Bima melihat empat warna cahaya, yaitu: hitam, merah, kuning, dan putih. Warna-warna itu melambangkan aneka nafsu yang merupakan penghalang cipta, rasa dan karsa untuk bertemu dengan ALLAH SWT. Nafsu yang muncul dari warna hitam disebut aluamah, yang dari warna merah disebut amarah, dan yang muncul dari warna kuning disebut sufiah. Nafsu aluamah amarah, dan sufiah merupakan selubung atau penghalang untuk bertemu dengan ALLAH SWT. Hanya yang putih yang nyata. Hati tenang tidak macam-macam, hanya satu yaitu menuju keutamaan dan keselamatan. Namun, yang putih ini hanya sendiri, tiada berteman sehingga selalu kalah. Jika bisa menguasai yang tiga hal, yaitu yang merah, hitam, dan kuning, manunggalnya hamba dengan Tuhan terjadi dengan sendirinya; sempurna hidupnya. Setelah itu warna-warna yang dilihat Bima itupun hilang dan berganti dengan 8 warna. Siji wolu kang warni ‘sinar tunggal berwarna delapan’. Disebutkan bahwa sinar tunggal berwarna delapan adalah “Sesungguhnya Warna”, itulah Yang Tunggal. Seluruh warna juga berada pada Bima. Demikian pula seluruh isi bumi tergambar pada badan Bima. Dunia kecil, mikrokosmos, dan dunia besar, makrokosmos, isinya tidak ada bedanya. Jika warna-warna yang ada di dunia itu hilang, maka seluruh warna akan menjadi tidak ada, kosong, terkumpul kembali kepada warna yang sejati, Yang Tunggal. Setelah itu, Bima melihat benda bagaikan boneka gading yang bersinar. Itu adalah Pramana, secara filosofis melambangkan Roh. Pramana ‘Roh’ kedudukannya dibatasi oleh jasad. Seusai semuanya, Bima tidak lagi merasakan apa-apa. Ia merasakan dirinya sudah tidak ada dan lenyap bersama dengan KeberadaanNYA.

Bima tak merasakan khawatir, tidak ingin makan dan tidur, tidak merasakan lapar dan mengantuk, tidak merasakan kesulitan, hanya nikmat semata. Hal ini menyebabkan Bima betah berlama-lama di tempat dan kondisi tersebut . Pencarian Bima Suci itupun akhirnya berakhir dengan kebahagiaan. Bukankah kebahagiaan dan ketentraman dalam hidup dan hidup serasa diayomi dan dilindungi itu yang kita cari? Untuk itu, tidak ada salahnya jika kini Anda mulai menjadi seorang salik yang mencari suluk sejati seperti halnya laku Sunan Kalijaga yang disamarkan lewat kisah Bima Suci atau Dewaruci.

Kanjeng sunan Kalijaga dalam kisah ini digambarkan dalam sosok Bima dan Sosok Dewaruci yang dimaksud dalam kisah ini ialah Kanjeng Nabi Khidir A.S, Beliau adalah ahli makrifat dan Beliau juga satu-satunya Nabi yang masih hidup dibumi ini, hanya orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan Beliau atau Beliau juga terkadang menemui seseorang dengan cara menyamar menjadi wujup siapapun.

Demikianlah sepenggal kisah perjalanan spiritual Kanjeng sunan Kalijaga.
Carilah kebenaran dan jalan ALLAH SWT agar kehidupan senantiasa penuh perdamaian.

SEKIAN

Sabtu, 14 Januari 2017

FENOMENA DIMENSI LAIN

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Wr Wb

Alloh SWT menciptakan alam semesta berlapis-lapis, selain menciptakan dimensi manusia Alloh SWT juga menciptakan banyak dimensi yang jarang diketahui oleh manusia diantaranya yaitu dimensi Astral.

Dimensi astral adalah dimensi tempat tinggal roh dan jin. Di dimensi astral tidak ada matahari seperti pada dimensi manusia, tetapi keadaan di dimensi astral hanya terlihat seperti waktu terbenamnya matahari (suasananya gelap tetapi masih terlihat terang/remang-remang ), sebagian manusia ada yg menyebutnya alam kegelapan.

Pada hakekatnya manusia hidup satu alam dengan jin tetapi hanya berbeda dimensi saja, Manusia hidup di dimensi nyata dan Jin hidup di dimensi astral.

Dimensi kita berdampingan dengan dimensi astral, memang manusia diciptakan lebih mulia tetapi semua sama-sama ciptaan Alloh SWT kita tidak boleh menyombongkan diri karena ALLAH SWT yang lebih tau semuanya, kita harus saling menghormati sesama ciptaan Alloh SWT dan MANUSIA TIDAK MEMPUNYAI KEKUASAAN/WEWENANG UNTUK MENGGANGGU ATAU MENGUSIR JIN YANG MENDIAMI SUATU TEMPAT KARENA MEREKA SUDAH TINGGAL DI DIMENSINYA SENDIRI dan KARENA SEJATINYA JAUH SEKITAR 2000 TAHUN SEBELUM MANUSIA DICIPTAKAN JIN LEBIH DULU DICIPTAKAN, Kecuali jika jin tersebut menggangu maka tindakan yang harus kita lakukan adalah BERBICARA SECARA BAIK-BAIK AGAR MEREKA TIDAK MENGGANGGU.
Semoga dengan adanya tulisan ini bisa membuat manusia sadar sesungguhnya kita hidup tidak sendiri dan kita tidak boleh berbuat semaunya

Salam hormat saya kepada seluruh makhluk ciptaan ALLAH SWT

SEKIAN

Kamis, 15 Desember 2016

AJAL PEMAKAI SUSUK

Assalamu'alaikum Wr Wb

Masyarakat indonesia pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya susuk.

Susuk adalah benda yang di tanam di dalam tubuh yang dipercaya mampu meningkatkan daya pengasihan,kebal senjata tajam,menambah kekuatan keilmuan dan masih banyak lg khasiat dari susuk, jenis susuk ada bermacam-macam ada susuk emas,berlian,samber lilin,gabah/beras,galih kayu, dan ada juga yang dari bagian tubuh hewan.

Pemasangan susuk biasanya di pasang pada bagian kening,tangan,dan bagian tubuh lainnya.
Pemasangan Susuk di masukan di luar daging di dalam kulit karena sangan berbahaya jika sampai masuk ke dalam lapisan daging,
Susuk juga bisa di tanam di dalam lambung dengan cara di telan.biasanya orang yang memakai susuk akan ada pantangan tersendiri yang harus di jauhi agar energi yang dipancarkan oleh susuk tersebut tetap stabil, setiap susuk mempunyai pantangan yang berbeda-beda tergantung  dari jenis susuk yang di pasang dan jenis aliran sang pakar susuk tersebut.

Banyak di kalangan masyarakat yang menyakini jika memasang susuk maka si pemakai akan tersiksa saat menjelang ajalnya nanti,benarkah rumor tersebut?
Saya akan membahas tentang rumor tersebut apakah MITOS atau FAKTA
simak klarifikasi di bawah ini:

Menurut riset dari seorang pakar susuk berpendapat bahwa semua tergantung kepada pemakai bagaimana cara si pemakai mensiasatinya.

Sebagian masyarakat jaman dahulu memasang susuk untuk menambah daya pengasihan dan menambah daya kesaktian keilmuan yang di pelajarinya,tetapi ada sebagian orang setelah pasang susuk merasa paling istimewa dari yg lain sehingga bersikap semaunya sendiri yg akan membawa pada prilaku dendam,iri hati,dan sombong, sebenarnya disitulah penyebab pemakai susuk tersiksa saat ajalnya tiba, padahal orang yg tidak memakai susukpun jika berbuat semaunya,dengki, dan sombong juga bakal tersiksa saat ajalnya karena sikap dan perbuatan yang di dasari dengan kesombongan sangat dibenci oleh Alloh sehingga orang tersebut harus mempertanggung jawabkan sikapnya saat menjelang ajal dan di alam kubur nanti.

Tetapi jika orang memasang susuk dan membawanya pada tujuan baik, dan selalu taat pada perintah Alloh SWT maka insya Alloh saat menjelang ajal orang tersebut akan dimudahkan.

Itulah klarifikasi tentang ajal pemakai susuk.
Susuk hanya sekedar media yang bisa kita anggap sebagai bentuk ikhtiar kita untuk meringankan urusan duniawi.

Janganlah kita menyombongkan diri karena merasa istimewa karena sesungguhnya semua yang ada hanyalan titipan Alloh SWT

SEKIAN

Selasa, 06 Desember 2016

PEMBAGIAN MANGSA/MONGSO DALAM PRIMBON

Mangsa atau mongso dalam
bahasa jawa adalah perhitungan
periode tanggal tertentu dalam
satu kurun waktu.
Sebenarnya perhitungan mongso
hampir mirip dengan zodiak,mongso
tidak melihat tahun kelahiran, jadi
hanya melihat pada tanggalnya
saja.mongso kelahiran seseorang
dapat mengungkap kepribadian
masing-masing orangnya, tak
hanya itu saja, mangsa kelahiran
juga dapat meramalkan kehidupan
semasa kecil, remaja hingga
beranjak dewasa, selain itu juga
perkerjaan yang cocok serta hal-
hal lainnya secara terperinci.
Namun kali ini saya hanya akan
mempost  pembagian
mangsa menurut primbon saja dulu dan selanjutnya saya akan mempost penjelasan dan kepribadian dari masing2 mangsa tersebut.
Mangsa atau mongso dalam
perhitungan jawa dibagi menjadi
12 bagian, pemberian namanya
pun sederhana, karena hanya
diurutkan sesuai angka, yang tentu
saja dalam bahasa jawa. Mangsa
tersebut adalah Kaso, Karo,
Ketelu, Kapa, Kalima, Kanem,
Kapitu, Kawelu, Kasanga,
Kasepuluh, Desta dan Sada. Untuk
mengetahui masing-masing
periode tanggalnya silahkan simak
dibawah ini:

1. Kaso (23 Juni – 2 Agustus)

2. Karo (3 Agustus – 25
Agustus)

3. Katelu (26 Agustus
– 18 September)

4. Kapat (19 September – 13
Oktober)

5. Kalima (14
Oktober – 9 November)

6. Kanem (10
November – 22 Desember)

7. Kapitu (23
Desember – 3 Februari)

8. Kawelu (4 Februari – 1 Maret)

9. Kasanga (2 Maret – 26 Maret)

10. Kadasa (27 Maret
– 19 April)

11. Desta (20
April – 12 Mei)

12. Sadha/sada
(13 Mei – 22
Juni)

Itulah pembagian 12 Mangsa dalam hitungan primbon jawa.
Untuk selanjutnya saya akan mempostng penjelasan atau makna dari masing-masing mangsa di atas secara rinci.

Sabtu, 03 Desember 2016

DEFINISI HANTU

Dalam kehidupan manusia pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya hantu,yang kebanyakan masyarakat meyakini hantu adalah arwah dari orang yang sudah meninggal tetapi orang tersebut belum bisa menerima kematiannya dan akhirnya menjadi hantu atau arwah penasaran, di indonesia kita mengenal beberapa macam hantu ada pocong,kuntilanak,genduruwo,tuyul,dan masih banyak lagi.Yang jadi pertanyaan dari mana sebenarnya asal usul hantu?, apakah benar hantu adalah arwah/roh orang yang meninggal tidak tenang?. Jawabanya akan saya bahas di sini secara ilmiah.

Manusia mempunyai badan fisik dan jiwa, Dalam kepercayaan masyarakat bahwa HANTU itu ARWAH sedangkan definisi ARWAH adalah ROH/JIWA, sedangkan dalam hadist menjelaskan bahwa Rosululloh SAW bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631). Itu artinya jiwa kita akan kembali kepada sang pencipta yaitu Alloh SWT, itu berarti HANTU bukanlah ARWAH penasaran.

Jadi sebenarnya dari mana asal usul hantu?, Jawabanya adala Qorin!! Yg artinya adalah pendamping manusia dari golongan jin, seperti dalam hadist Rosululloh SAW bersabda:

ما منكم من أحد إلاوقد وكل به قرينه من الجن

"Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golonganjin”. (Hadits Riwayat Muslim).

Dan jika manusia meninggal qorin akan secara bebas kemana saja yg dia mau karena memori yg terekam oleh manusia semasa hidup juga akan terekam oleh jin qorin. Kesimpulannya adalah HANTU bukanlah ARWAH/ROH orang yg meninggal tetapi JIN QORIN sang pendampin manusia tersebut yg menjelma menjadi HANTU.

Sekian yg dapat saya jelaskan jika ada kesalahan mohon di maklumi karena sebagai manusia pastinya tak luput dari kesalahan. TERIMA KASIH

Kamis, 24 November 2016

PARANORMAL MA'KRIFAT

Di sebuah desa di pulau jawa hiduplah seorang kakek yang bernama Ki Semar Rawa Aji(nama samaran),usianya 70 tahun lebih bahkan hampir 80 tahun,orangnya memiliki cara bicara yang lucu beliau adalah orang yang dianggap sakti dan di tuakan di desanya,beliau punya kemampuan dalam hal supranatural dan tau berbagai ramuan jawa kuno yang dapat untuk pengobatan berbagai penyakit.

Ki Semar Rawa Aji sering mengobati penyakit baik medis maupun penyakit yang disebabkan oleh makhluk gaib(santet/guna-guna) yang susah disembuhkan,tak heran jika ada banyak pasiennya di mana-mana,dalam melakukan pengobatan beliau menggunakan media benda pusaka peninggalan leluhur dan benda pusaka hasil tarikannya sendiri dari alam astral. Koleksi benda pusakanyapun sangat banyak mulai dari Keris,Cundrik,Kujang,dan Batu akik.

Walaupun punya kemampuan supranatural beliau tidak mau disebut dukun ataupun paranormal karena beliau sadar jika semua manusia sama di mata Tuhan. Lalu ada seseorang yang penasaran dan bertanya kepada beliau apa rahasia sakti beliau dan jawbannya sungguh di luar dugaan orang tersebut ,beliau berkata: "saya tidak sakti,semua ini berkat izin dan ridho dari gusti Alloh,pengobatan yg saya lakukan hanya bermodalkan kalimat Bismillahirohmanirohin yg bertujuan menyebut asma Alloh dan meminta kesembuhan kepada Alloh yg maha kuasa,dan benda-benda pusaka ini sejatinya tidak dapat menolong,benda pusaka ini hanya sebagai media, sama halnya jika kamu berobat ke dokter lalu bisa sembuh karena diberi obat,sebetulnya bukan dokter ataupun obat itu yg memberi kesembuhan tetapi gusti Alloh yang menyembuhkannya obat hanya sebagai media atau sarana kesembuhan,sama halnya dngan benda pusaka ini yg hanya sbgai media dan gusti Alloh lah yg memberi kesembuhan",itulah yang beliau katakan.TAMAT...

Kisah diatas adalah kisah nyata,nama-nama di atas adalah nama samaran dan gambar hanya ilustrasi, Lihatlah Ki Semar Rawa Aji(nama samaran) Orang yg dianggap dukun oleh pasiennya tidak mau di juluki dukun karena ia sadar kalo semua manusia sama di mata Alloh Swt, ia hanya yakin kepada Alloh SWT , beliau hanya bermodalkan kalimat Bismillah yg bertujuan memohon izin kesembuhan untuk pasiennya.Dan tidak menyalah gunakan keilmuan dan benda pusaka Pesan yg dapat diambil dari kisah di atas adalah kita harus selalu berdoa untuk meminta ridho dari Alloh SWT dan kita boleh memiliki keilmuan supranatural dan benda pusaka asalkan di gunakan untuk kebaikan dan jangan menyembah khodam dan jin tapi anggap mereka sebagai sesama makhluk ciptaan tuhan.